Budaya Nyogok di Dunia
Pendidikan
Nyogok
agar masuk sekolah favorit?
Suap-menyuap adalah hal yang sudah
tidak tabu dikalangan masyarakat khususnya di dunia pendidikan. Tidak hanya
dalam mencari pekerjaan saja banyak orang berani nyogok demi mendapatkan pekerjaan yang dapat menjanjikan kemakmuran
masa depannya, menyogok juri agar
menjadi pemenang dalam perlombaan juga hal yang sudah biasa terjadi, selain itu
budaya suap-menyuap dalam merebut
kursi kekuasaan juga sesuatu hal yang tidak perlu diherankan lagi. Dan kini mencari
sekolah pun para orang tua bersaing menyogok
dengan nominal yang tidak sedikit agar anaknya mendapatkan sekolah favorit yang
kita ketahui bahwa sekolah favorit tersebut mempunyai fasilitas, pengajar dan
prestasi yang lebih baik dari sekolah lainnya. Sungguh pemandangan yang sangat
menyedihkan. Dan yang lebih menyedihkan lagi, mereka yang melakukannya adalah
orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan yang disebut-sebut berintelektual
dan bermoral yang baik.
Para orang tua yang akan akan memasukkan anaknya ke SMP atau ke SMA maupun
ke perguruan tinggi sedang sibuk mencari sekolah yang cocok untuk anaknya.
Namun ternyata banyak orang tua yang memaksa anaknya, terutama agar anaknya masuk
di sekolah favorit meski kemampuan anaknya tidak memadai untuk bisa masuk di sekolah
tersebut. Meskipun sama-sama sekolah negeri, tetap saja sekolah favorit yang
lebih digandrungi dari sekolah negeri lainnya, sehingga beberapa orang tua
sepertinya merasa bangga jika anaknya bisa masuk sekolah favorit. Sebaliknya
ada yang minder dan malu jika anaknya tidak diterima di sekolah tersebut dan
terpaksa masuk ke sekolah yang biasa-biasa saja.
Sungguh miris memang ketika
kita melihat fakta bahwa orang tua si
anak tersebutlah yang berperan sebagai pemeran utama dalam tindakan suap-menyuap tersebut, dan lembaga
pendidikan yang seharusnya memberikan contoh kepada masyarakat malah memberikan
jalan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pendidik. Lalu apa bedanya
mereka dengan kasus suap-menyuap yang
dilakukan beberapa anggota DPR yang saat ini sedang menjadi sorotan publik? Bukankah
mereka sama-sama melakukan kegiatan suap-menyuap?
Mengapa pemerintah tidak pernah mengusut masalah ini dan dibiarkan membudaya
begitu saja? Padahal bila kita lihat hal tersebut malah meracuni moral generasi
muda kita yang terbiasa dengan budaya tersebut, bahkan hal tersebut tanpa
disadari akan mereka lakukan juga nantinya setelah menjadi orang tua. Bahkan bisa
saja mereka akan melakukan kegiatan suap-menyuap
untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah tanpa melalui proses dan perjuangan
yang sepantasnya dilakukan.
Selain merusak moral
generasi muda kita, budaya nyogok memberikan
dampak yang buruk terhadap prestasi si
anak yang masuk melalui jalur
belakang. Kebanyakan anak yang masuk dengan menyogok cenderung memiliki kemampuan yang kurang dibandingkan anak
yang masuk dengan jalur murni. Hal ini hanya akan membuat si anak akan tertinggal dan minder melihat teman-temannya lebih
mampu dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah favorit tersebut yang
biasanya proses belajar mengajarnya sedikit berbeda dengan sekolah lain, dimana
siswanya cenderung mencari dan mempelajari sendiri materi pelajaran dan guru
hanya mengarahkan muridnya dan tidak menerangkan materi secara mendetail.
Sebaiknya pemerintah lebih
serius dalam menangani masalah ini agar tidak semakin membudaya dimasyarakat. Apabila
terus dibiarkan begitu saja mungkin akan ada 1000 Gayus yang akan merugikan bangsa kita sendiri. Tidak masuk di sekolah
favorit bukan berarti kita tidak bisa menjadi orang sukses, selain membohongi
kemampuan si anak, moral si anak pun akan teracuni dengan budaya yang menyalahi
aturan agama tersebut. Biarkan anak tersebut mendapatkan sekolah sesuai dengan
kemampuannya, toh belum tentu juga
setelah tamat dari sekolah favorit tersebut si anak akan menjadi orang yang
sukses.
Oleh: Arinda Pramesti